Bandung, identik sebagai kota mode. Beberapa produk fashion ternama tanah air berasal dari kota ini. Tetapi, tak sekadar itu. Kota bergelar Paris van Java tersebut juga memesona dengan deretan bangunan-bangunan kuno yang tetap dilestarikan.
SEBUTAN Paris van Java, memang tak berlebihan disematkan pada Bandung. Ibukota Kabupaten Jawa Barat ini beberapa tahun terakhir menjelma menjadi kiblat trend fashion nasional, khususnya di kalangan remaja. Beberapa distro dan factory outlet bermunculan buah dari kreativitas remaja Kota Kembang. Hal ini sekaligus menjadi daya tarik wisata belanja di kota ini.
“Paling terasa itu pada akhir pekan. Jalan-jalan di Kota Bandung yang pada umumnya relatif bebas macet, mendadak padat. Umumnya, mereka (wisatawan) berasal dari Jakarta dan beberapa kota lain di tanah air. Ada pula yang dari Malaysia dan Singapura,” ungkap Ucok, warga Medan yang telah lama menetap di Bandung, kepada penulis, awal Desember 2010 lalu.
Menurut pria yang sehari-hari bekerja sebagai supir di salah satu perusahaan tour and travel di Bandung ini, para wisatawan tersebut, selain bertujuan menikmati sejumlah objek wisata alam dan budaya di Bandung, mereka tak lupa menyempatkan berbelanja di beberapa distro dan factory outlet yang memang mudah ditemui di sepanjang Kota Bandung.
Salah satu yang paling terkenal adalah kawasan Dago. Di kawasan sepanjang Jln H Juanda ini, berjajar distro dan factory outlet yang sudah populer seantero tanah air. Sebut saja Jetset, Blossom, Rich & Famous, Glamor, Donatello, Grande, Coconela, Raffles City dan lain sebagainya. Di factory outlet tersebut pengunjung bisa menemukan beragam pakaian, tas, dan aksesori bermerek, modis, dan trendi, dengan harga relatif murah.
Di samping itu, kawasan ini juga semakin lengkap untuk berwisata kuliner dengan keberadaan rumah-rumah makan khas Sunda. Salah satunya Dago Panyawangan.
Kawasan pusat wisata belanja lainnya yakni di Jln. Riau (LLRE Martadinata). Di sepanjang jalan ini, berderet sejumlah FO seperti The Summit, Calamus, Heritage, Stamp, For Men, Cascade, Terminal Tas, dan lain-lain. Selain itu, kawasan Cihampelas dan Cibaduyut yang sudah lama dikenal sebagai surga belanja jeans dan sepatu pun tetap eksis sebagai tempat wisata belanja di Bandung.
Tak puas menelusuri distro-distro dan FO di Kota Kembang, wisatawan pun bisa menumpahkan hasratnya belanjanya di sejumlah mal di Bandung, seperti Bandung Super Mall, Cihampelas Walk, Braga City Walk atau Paris van Java. Entah sekadar kongkow atau memanjakan mata dengan ‘kembang-kembang’ Bandung yang dikenal geulis-geulis.
Bagi yang ingin memborong oleh-oleh khas Bandung, brownies Kartika Sari dan Amanda bisa jadi pilihan utama. Selain di kawasan Dago, keduanya juga mudah didapatkan di sejumlah toko di Bandung. Pusat penjualan oleh-oleh khas Bandung lainnya juga dapat ditemui di kawasan Pasar Baru, Jln. Otto Iskandardinata. Di tempat ini, berbagai kerajinan khas Bandung, mulai dari t-shirt, gantungan kunci dan makanan olahan khas Sunda tersedia dengan harga terjangkau.
Lestarikan Bangunan Kuno
Selain dikenal sebagai surga belanja, Bandung terbilang kota yang unik. Di setiap sudut kota, bangunan-bangunan kuno peninggalan Belanda dan Inggris masih berdiri kokoh. Selain berfungsi sebagai kantor pusat pemerintahan, bangunan-bangunan ini juga malahan menjadi kantor swasta, bank, hingga disulap menjadi factory outlet.
Gedung Sate, misalnya. Bangunan yang dibangun pada tahun 1920 di masa pemerintahan Hindia Belanda ini tetap dilestarikan dan menjadi pusat pemerintahan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. FO Heritage, juga memanfaatkan bangunan kuno sebagai pusat penjualan produk-produk fashion keluarannya.
“Di sini (Bandung), makin kuno model suatu bangunan malah semakin mahal. Meski bangunan tersebut diperuntukkan untuk tujuan komersil, seperti kantor atau FO, mereka tetap mempertahankan bentuk aslinya dengan melakukan beberapa renovasi di bagian dalam bangunan. Bahkan, nama Dakken Café (salah satu café di bilangan Jln. Riau), diambil dari nama pemilik rumah pertama yang diabadikan oleh pemilik sekarang sebagai brand usahanya. Papan nama di depan rumah pun masih dalam bentuk aslinya,” terang Ucok.
Tetapi, kata dia, satu hal yang perlu diwaspadai bagi wisatawan dalam soal keamanan adalah geng motor, utamanya menjelang tengah malam. Meski saat ini pihak terkait tengah melakukan penindakan yang tegas bagi anggota geng motor, tapi potensi gangguan itu masih kerap terjadi.
“Umumnya mereka beraksi menjelang tengah malam. Geng motor di sini ganas-ganas dan tak segan-segan melukai pengguna jalan,” tegas Ucok, yang menjadi guide bagi penulis dan rombongan pada kesempatan itu. [Adi Pallawalino]